
UJUNG WAKTU
adalah langit tempat berdiam sejoli bintang dan bulan
ketika mendung bergelayut menyembunyikannya
di balik kelabunya awan, sehingga mentari kehilangan
langit putih memjelma kelam
hujan ketika malam adalah rinai hati
setelah malam merayap pergi berlahan
malu-malu matahari membiaskan sinarnya
berjingkat mengendap-endap bersama angin
pelangi telah jatuh di ujung danau
ketika hujan pagi sudah enggan mencium bumi
pada matahari ia menengadah
: terima kasih kau telah membuat langit menjadi indah
hari-hari telalu cepat berganti
ketika mimpi tiada yang sudah
namun bukan kekalahan sang waktu
karena hanya berjalan yang dia tahu
awan putih menyandarkan hati pada senja
ketika lelah menyapa begitu lama
hingga malam menurunkan kembali jubahnya
: dengar, ujung waktu telah memanggilnya
BNA Wanadadi 23/10/2012
PESAN
kekayaan-Mu tak pernah semu
: berhambur, di raya luas tak terbatas
adalah ceria daun ketika siang panjang
dan mimpi musafir di bawah rimbunnya
kepada-Mu
kukatakan cinta
tak hanya ketika sepi berpuisi
namun di tiap detak jantung denyut nadi
ketika siang terang
matahari berbisik pada kepul awan
: jangan biarkan bumi kerontang
ketika kelamnnya malam
bulan tak pernah lupa menitip pesan
: kemanapun kau tengadah wajah-Nyalah yang terindah
RINDUKU, SEMESTA
aku ingin lihat
semesta nun jauh
ketika buih memeluk pantai
ketika gelombang menari dengan riaknya
ketika perahu kecil melabuh
dan ikan menanti jalanya
memerdu syahdu lagu dalam hatiku
ketika siang mulai temaram
mengubah laut menjadi warna jingga
tersenyum ramah
pada bulan yang masih sembunyi di balik bilik awan
kenapa rindu ini kian saja
bekulah hatiku
ketika hening memeluk jiwa
medekap cerita tentang semesta
yang tak lelah bertasbih pada-Nya
Semesta
malaikat, jin
gunung-gunung, gurun
bumi hingga tujuh langit
ikan besar di laut hingga semut
dan burung hudhud
semua bertasbih
aku malu
ketika bisik semesta tak henti
mengeja keluasan kasih-Nya
merasai kelembutan cinta-Nya
biarkan aku juga sama...
denganmu, duhai semesta
biar aku merasai setitik embun jatuh
di antara kabut dan sisa rembulan
Tuhan...
PERJALANAN
naik turun bukit berkabut
dari mendung siang hingga temaram senja memudar jingganya
pergilah ke sebuah tempat, istirahkan raga ketika lelah
berharap mendung tadi mengundang hujan
membawa pelangi, yang berjuntai seperti selendang penari
dan biar kularung pandanganku ke sana
pada ujung langit hingga bumi
malam ini, bulan sangat pemalu
dia selalu datang ketika malam menjelang
hanya pada gemintang dia banyak bercerita
tentang rindunya pada matahari
seringkali bulan sembunyikan sinarnya
yang keperakkan di balik awan
dia lebih suka hanya menitipkan pesan pada hujan
untuk mengikat rindu lewat tetesnya
Kekasih
di depan sana adalah rajutan misteri
yang tidak kumengerti
pasti Kau telah dengar gelisah
kesudahan derita adalah keinginan
entah hanyut di lautan nyeri
hingga layar sabar mesti dikembangkan
BNA Wanadadi 22/10/2012
RINDU BIDADARI KECILKU
gigil dingin membuatku hanya diam
senyap tak membuatku beranjak
indahnya kunang-kunang pada kelam
tak lagi menyihirku
hingga gumpalan lembut putih keabuan
perlahan turun menjelma embun
bergayut pada daun
namun
pesonanya yang jelita
tak jua mengundang senyum
bidadari kecilku
kau adalah cinta yang tak terhapus
kini telah kau tanam sunyi di mataku
terbaring, menghilang ceriamu
mata jelimu lemah memandangku
kali ini kau adalah kejora
yang menyayat jiwaku
lihatlahsayang...
jendela pun muram memandangmu
ia rindu kau bukakan daunnya
rindu sandaran tubuhmu ketika pagi
menunggu biasnya mentari
dan esok
hujan di luar sana
telah meninggalkan warna
pelangi yang kau suka
tersenyum mempesona
pada-Mu
sang penggenggam segala
kembalikan kejora di matanya
ceria yang biasa kusuka
tawanya yang membuat laraku sirna
MENGEJAR MIMPI
mentari pecah di ujung ranting
cinta yang terbelenggu pada bibir petang
lesap ditelan malam
ketika angin mati
hadir mimpi yang gelisah
derita datang
bukanlah kemauan
keputusan datang
tanpa keinginan
telah kubungkus rindu
pada penggal jalan
namun
masih mengejar mimpi
laut senandungkan cinta
camar mengepak manis sayapnya
ombak nyanyikan riak rindu
ketika bulan masih bergelayut pada awan
mendung tertawa gamang
hujan tak berani datang
aku ingin
seperti ketika itu
ada kupu-kupu melanda perutku
ada letup dalam debar
ada kejora di bening mata
BNAAY Wanadadi 05/10/2012